Laporan Praktikum



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT

“FORMULASI : SUSPENSI ANTHELMINTIK DAN SIRUP SIMPLEKS”



DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD YUSUF SIMBALA
SANDRI ADE
SHAFIRA BADARAB
SRI DEVITA GASOLO
SULAIMAN
VIRA JULIA KARTIKA


LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
2017


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG
      Dalam bidang industri Farmasi, perkembangan teknologi farmasi. sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak di tunjukan dengan banyaknuya sediaan obat-obatan yang di sesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau menganggu dari efek farmakologis at aktif obat.
     Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai di pasaran misalnya suspensi dan sirup. Suspensi adalah sistem terdispersi dimana bahan obat yang tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan minyak. Sedangkan sirup adalah sediaan cair yang berupa larutan mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut. Alasan obat di formulasikan dalam bentuk sediaan suspensi dan sirup karena sediaan mudah absorbsi dalam tubuh dibandingkan sediaan padat.
     Sehingga dalam dunia farmasi seharusnya mengetahui formulasi obat yang baik dan benar sehingga sediaan obat yang baik dapat dipilih. Dengan keahlianya farmasis mudah memformulasi bentuk sediaan obat. Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan formulasi dalam bentuk sediaan suspensi dan sirup.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM
1.      Maksud Praktikum
Mengeahui dan memahami cara pembuatan suspensi dan sirup yang baik dan benar.
2.      Tujuan Praktikum
Menentukan formulasi yang tepat dari pembuatan sediaan suspensi dan sirup.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI SEDIAAN
A.    Suspensi
1)      Definisi Suspensi Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV,
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalm fase cair.
2)      Devinisi Anthelmintik Menurut OOP Edisi VI,
Anthelmintik atau obat cacing adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah hal ini termaksud semua zat yang bekerja lokal menghalang cacing dari saluran cerna maupun obat-obatan sestemik yang membasmi cacing larvanya yang menghinggapi organ dan jaringan.
3)      Devinisi Suspensi Anthelmintik Menurut F.I Edisi IV dan OOP Edisi VI,
4)      Suspensi anthlmintik adalah sediaan cair obat cacing yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair dan dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dan ditunjukan untuk pemakaian oral.


B.     Definisi Sirup Menurut Farmakope Indonesia Edisi III,
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa kecuali dinyatakan lain, kadar sukrosa tidak kurang dari 6,4% dan tidak lebih dari 66,0%.

2.2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN.
A.    Suspensi menurut David Jones
1)      Keuntungan
(a)   Berguna untuk sistem agen terapi, memiliki kelarutan yang rendah, meskipun rendah kelarutan agen terapeutik mungkin larut dan oleh karena itu diberikan sebagai solusi, volume pelarut yang dibutuhkan untk melakukan ini mungkin besar
(b)   Suspensi dapat diformulasikan untuk menutui rasa agen terapeutik
(c)   Suspensi dapat digunakn untk mengelola obat-obatan untuk pasien yang memiliki kesulitan menelan obat bentuk padaran.
(d)   Suspesi dapat diformulasikan untuk memberikan pengiriman obat terkintrol, misalnya suntika sebagai intramuskuler



2)      Kerugian
(a)   Tidak stabil dan karena itu memerlukan keterampilan formulasi untuk memastikan bahwa fisik stabilitas formulasi dipertahankan selama sebelum kadaluarsa.
(b)   Perumusan formulasi suspensi sulit.
(c)   Volume formulasi suspensi mungkin besar dan karena itu sulit untuk dibawa oleh pasien.

B.     Sirup menurut Ansel et al. 2005
1)      Keuntungan
(a)   Campuran yang homogen
(b)   Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
(c)   Obat lebih mudah diabsorbsi
(d)   Mempunyai rasa manis
(e)   Mudah diberi pengaroma dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak-anak.
(f)    Membantu pasien yang sulit menelan obat padatan

2)      Kerugian
(a)   Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
(b)   Volume bentuk larutan lebih besar
(c)   Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup.
BAB III
ISI

3.1 Formula
A.    Formula I

R/Pyrantel pamoat      125mg
     Na-CMC                1%
     Syrupus Simpleks   20 %
     Essense Jeruk         2,5%
     Aquadest    ad        15ml


m.f. Susp. no. 1.fls
∫ 1 dd 1

Suspensi anthelmintik berat bersih15ml, 125mg / 5ml





B.     Formula II
Sirup simpleks berat bersih 100ml

R/ Sukrosa                   66%
      Metil Paraben        0,25%
      Aquadest   ad        100ml


m.f. Syr. no. 1.fls
∫ u.c
 





3.2 KEGUNAAN BAHAN
A.    Suspensi anthelmintik
1.      Pyrantel Pamoat    : Zat aktif
2.      Na-CMC               : Pensuspensi
3.      Syrupus Simpleks  : Zat pemanis
4.      Essense Jeruk        : Zat pengaroma
5.      Aquadest               : Zat pelarut

B.     Sirup Simpleks
1.      Sukrosa                 : Zat pemanis
2.      Metil Paraben        : Zat pengawet
3.      Aquadest               : Zat pelarut

3.3   URAIAN BAHAN
a)      Suspensi
1.      Pyrantel Pamoat  (Farmakope Indonesia edisi IV)
Nama resmi           : Pyrantel Pamoat
Nama lain              : Pyrantel Pamoat
Rumus Struktur     :
Rumus kimia         :
Bobot molekul       : 594,68
Kelarutan              : Praktis tidak larut dalam air dan dalam metanol, larut
                  Dalam Metil Sulfaksida sukar larut dalam Dimetil
                  Formomida.
     Pemerian                : Padatan Kuning Hingga Coklat
     Khasiat                   : Sebagai Obat Cacing
     Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup, tidak tembus cahaya

2.      Na – CMC (Farmakope Indonesia edisi III)
Nama resmi           : Natrium Carboxie Metil Cellulosum
Nama lain              : Natrium
Rumus struktur     : -
Rumus kimia         :
Bobot molekul       : 644,65
Kelarutan              : Mudah mendispersi dalam air membentuk suspensi
                   Koloid ≠ larut dalam air etanol (95%) p dalam eter p,
                   Dan dalam pelarut organik lain.
     Pemerian                : Serbuk atau butiran putih atau kekuningan ≠ berbau
     Khasiat                   : Pensuspensi
     Penyimpanan          : Wadah tertutup rapat

3.      Sirup Simpleks (Farmakope Indonesia edisi III)
Nama resmi           : Sirupus Simpleks
Nama lain              : Sirup gula
Rumus struktur     : -
Rumus kimia         : -
Bobot Molekul      : 1,587
Kelarutan              : Larut dalam air dan air panas
Pemerian               : Cairan jernih tidak berwarna
Khasiat                  : Sebagai pemanis
Penyimpanan         : Wadah tertutup rapat

4.      Essense Jeruk (Martindale the complete drug reference thirty-sixth edition)
Nama resmi           : -
Nama lain              : -
Rumus struktur     : -
Rumus kimia         : -
Bobot molekul       : -
Kelarutan              : Mudah larut dalam alkohol 90%
Pemerian               : dari jeruk yang masih segar yang diproses secara
                    Mekanik dan terkandung 90% jeruk
    Khasiat                    : Zat perasa
    Penyimpanan           : Dalam wadah yang tertutup baik, tempat sejuk, kering
                    Dan terhindar dari cahaya matahari

5.      Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III)
Nama resmi           : Aqua destillata
Nama lain              : Air suling
Rumus struktur     : -
Rumus kimia         :
Bobot molekul       :18,02
Kelarutan              : -
Pemerian               : Cairan Jernih tidak berwarna, tidak mempunyai rasa
Khasiat                  : Sebagai Zat Pembawa
Penyimpanan         : Wadah tertutup baik

6.      Tartrazin (Handbook of pharmaceutical edition fifth epicent)
Nama resmi         : Tartrazine
Nama lain              : Yellow
Rumus struktur     : -
Rumus kimia         :
Bobot molekul       : 537, 39
Kelarutan              : Tidak larut dalam larutan sitrat, alkobraf laktore 10%
                            glukosalation, jenuh dalam larutan bikarbonat, gelatin
                            mempercepat pemudaran warna
Pemerian               : Serbuk kuning atau orange kekuningan larutan tetap berwarna
                            kuning atau ditambahkan larutan
Khasiat                  : Sebagai Zat Pewarna
Penyimpanan         : Wadah tertutup rapat

7.      Oleum Citri (Farmakope Indonesia edisi III)
Nama resmi           : Oleum citri
Nama lain              : Minyak jeruk
Rumus struktur     : -
Rumus kimia         : -
Bobot molekul       : -
Kelarutan              : -
Pemerian               : Cairan warna kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas
                             aromatic, rasa pedas dan agak pahit
Khasiat                  : Sebagai pengaroma
Penyimpanan         : Wadah tertutup rapat
b)     Sirup Simpleks
1.      Sukrosa (Farmakope Indonesia edisi III)
Nama resmi           : Sakarosa
Nama lain              : Saccharose
Rumus struktur     : -
Rumus kimia         :
Bobot molekul       : 342,20
Kelarutan              : Mudah larut dalam air, mudah larut dalam air
                      Mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
                    Kloroform, eter
     Pemerian                : Hablur putih tidak berwarna, massa hablur atau
                                 Berbentuk kubus atau serbuk hablur putih
     Penyimpanan          : Wadah tertutup baik

2.      Metil paraben (Farmakope Indonesia edisi III)
Nama resmi         : Methyl paraben
Nama lain              :
Rumus strultur      :
Rumus kimia         :
Bobot molekul       : 152,15
Kelarutan              : Sukar larut dalam etanol, dalam benzen dan dalam
                     Karbon tetraklorida mudah larut dalam etanol dan
                     Dalam eter.
     Pemerian                : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk-serbuk
                                 Hablur putih tidak berbau.
    Khasiat                    : Sebagai pengawet
    Penyimpanan           : Wadah tertutup baik

3.      Aquadest  (Farmakope Indonesia edisi III)
Nama resmi           : Aqua destillata
Nama lain              : Air suling
Rumus struktur     : -
Rumus kimia         :
Bobot molekul       : 18,02
Kelarutan              : -
Pemerian               : Cairan jernih tidak berwarna, tidak punya rasa
Khasiat                  : Sebagai zat pembawa
Penyimpanan         : Wadah tertutup baik

3.4 PERHITUNGAN PENIMBANGAN BAHAN
a)      Suspensi
Volume yang ditambahkan 10% dari 15 ml = 1,5 ml
Volume yang dibuat 16,5 ml dari  yang dibuat 15 ml
Ditambahkan 10% dari 125 mg = 12,5 mg

1.      Pyrantel Pamoat  :  125 mg   +  12,5 mg   =  137,5 mg
2.      Na CMC             :            X   16,5 ml   =  0,165 ml
3.      Sirup Simpleks   :            X   16,5 ml   =  3,3  ml
4.      Essense Jeruk     :            X   16,5 ml   =  0,4125 ml
5.      Aquadest            : 15 ml       -   ( 0,165 + 3,3 + 0,4125)
                          = 15 ml       -   (3,8775)
                          = 11,1225 ml




b)     Pembuatan Sirup Simpleks
Volume yang ditambahkan 10 % dari 100 ml = 110 ml
Jadi volume yang dibuat 110 ml
1.      Sakarosa           :       X  110 ml     =   72,6 g
2.      Methil Paraben :     X 110 ml     =   0,275 mg
3.      Aquadest          :   110 ml – (72,6 + 0,275)
                          = 110 – (72,875)
                          = 37,125 ml




BAB VI
PEMBAHASAN

A. PEMBUATAN SIRUP SIMPLEKS
     Sebelum mebuat suspensi yang pertama kami buat adalah  sirup simpleks, karena sirup simpleks akan menjadi zat tambahan berupa pemanis untuk sediaan suspense kami.
     Pada pembuatan sirup simpleks prosedur pengerjaan yang dilakukan yaitu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti 1 beaker glass 250 ml, 1 kaki tiga, 1 bunsen, 1 sendok tanduk, 1 batang pengaduk, 1 timbangan elektrik, 1 pipet, 1 gelas ukur 100 ml, 1 korek api, 1 penjepit kayu, dan kertas perkamen secukupnya.
     Setelah menyiapkan alat-alat, berikutnya menyiapkan bahan-bahan seperti  sakarosa, methil paraben, dan aquadest. Adapun alasan mengapa kami memakai bahan-bahan tersebut yaitu Sakarosa, adalah pemanis alami yang dibuat tanpa menggunakan zat tambahan lain. Methil Paraben, sebagai pengawet yang tidak memiliki rasa dan bau serta cocok karena tidak akan menutupi rasa dari sakarosa. Aquadest, sebagai pelarut yang dapat melarutkan sakarosa dan methil paraben. Setelah menyiapkan bahan-bahan tersebut, maka diambil atau ditimbang bahan-bahan tersebut sesuai perhitungan. Pada saat menimbang bahan tersebut, bahan-bahan di letakkan di atas kertas perkamen (methil paraben) dan beaker glass (sakarosa).
      Prosedur pengerjaan selanjutnya yaitu kalibrasi botol, dituang air didalam beaker glass sesuai ukuran botol, jika airnya sedikit lebih dikurangkan dengan pipet. Setelah itu dituangkan air tersebut kedalam botol dan sejajarkan dengan pandangan mata dan diberi tanda pada botol.
     Kemudian dinyalakan Bunsen dan dipanaskan beaker glass yang telah diisi aquadest yang diletakkan diatas kaki tiga. setelah panas, dimasukkan methil paraben yang telah ditimbang sambil diaduk hingga larut. Jika sudah larut, ditambahkan sakarosa yang telah ditimbang sambil diaduk lagi hingga larut. Setelah larut, didinginkan sirup tersebut. Setelah sirupnya dingin kemudian dituang kedalam botol yang dikalibrasi. Tempelkan label kemudian dimasukkan kedalam kemasan disertai brosur dan etiket.

B. PEMBUATAN SUSPENSI PYRANTEL PAMOAT
     Setelah pembuatan sirup simpleks, selanjutnya dibuat suspensi oral pyrantel pamoat 15 ml. prosedur pengerjaan yang pertama dalam pembuatan sediaan ini adalah menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan yaitu : 1 beaker glass 100 ml, 1 batang pengaduk, 1 lumpang, 1 alung, 1 pipet, 1 gelas ukur 15 ml, 1 kertas sudip, 1 sendok tanduk, 1 timbangan elektrik, dan kertas perkamen secukupnya.
     Berikutnya, disediakanlah bahan-bahan yang dibutuhkan seperti pyrantel pamoat, Na CMC, sirup simpleks, essence jeruk, dan aquadest. Adapun alasan-alasan kami memakai bahan-bahan tersebut, yaitu : Pirantel pamoat, obat penyakit cacing yang satu ini selain mudah didapat sebagian besar zat obatnya diekskresikan melalui feses dan hanya 7 % saja melaui urin. Na CMC, bahan ini tidak memiliki bau dan tidak diabsorpsi di dalam usus halus serta tidak beracun. Sirup Simpleks, seperti yang di jelaskan pada pembuatan sediaan pertama tadi sirup ini mengandung sakarosa yaitu pemanis alami yang dapat memberikan rasa manis pada sediaan ini. Sebenarnya di formulasi ini kami akan menggunakan Tartrazin dan Oleum citri akan tetapi kami menggantinya dengan Essence Jeruk karena kedua bahan tersebut sulit di dapat di pasaran. Essense Jeruk, bahan ini digunakan untuk membuat sediaan kami mempunyai bau yang enak. Aquadest, adalah air yang jernih dan dipakai sebagai zat pembawa di sediaan ini. Setelah menyiapkan bahan-bahan maka diambillah bahan-bahan tersebut sesuai perhitungan
      Berikutnya digeruslah pyrantel pamoat, gerus hingga halus setelah itu di timbang bahan sesuai perhitungan. Setelah itu dilarutkanlah Na CMC dengan menggunakan aquadest di beaker glass. Setelah larut, ditambahkan Pirantel pamoat sambil diaduk sampai homogen. Setelah tercampur, ditambahkan essence jeruk yang diambil menggunakan pipet, diaduk lagi hingga semua tercampur. Kemudian dimasukkanlah botol yang telah di kalibrasi ditutup botol diberikan label dan dimasukkan kedalam kemasan disertai etiket dan brosur.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hasil dari praktikum ini adalah yang pertama kami berhasil membuat sediaan sirup simpleks berat bersih 100 ml sebagai zat tambahan berupa pemanis untuk sediaan suspense kami, dan yang kedua kami berhasil membuat suspensi pirantel pamoat yang digunakan untuk pengobatan penyakit cacing (anthelmintik).

B. SARAN
Saran yang bisa diberikan adalah lebih memperhatikan lagi formulasinya serta alasan penggunaan dari bahan-bahan yang terdapat di formulasi tersebut.





DAFTAR PUSTAKA
Ancel, H (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta.
UI Press. Halaman: 217-218.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Depkes RI. 1979, 1995. “FARMAKOPE INDONESIA, edisi III dan IV”. Jakarta

David jones. 2008. “FAST TRACK”. American pharmaceutical association.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

cara hitung waktu kadaluarsa obat

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA SUSPENSI